Taare Zameen Par merupakan film yang dirilis pada 21 desember, 2007. DVD-nya dirilis pada 25 juli, 2008. Menurut saya film ini sangat bagus dan inspiratif sekali, secara umum film ini menggambarkan wajah pendidikan di kita khususnya di indonesia, yang mana setiap orang tua menginginkan anaknya cerdas dan sukses, namun terkadang kekurangan orang tua adalah ketidakmampuan dalam memahami keadaan si anak, tidak mengetahui keinginan dan kebutuhan jiwa anak, mungkin karena beberapa sebab sibuk dengan urusan pekerjaan atau sebab-sebab lain.
Film
Taree Zameen Par sengaja saya pilih untuk diteliti dari segi psikolinguistik yang
terdapat dalam filmnya, karena menurut saya banyak pesan komunikasi dan edukasi
yang terdapat dalam film ini. Salah satunya adalah bentuk komunikasi terhadap lingkungan sekitar ishaan yang dilakukan dalam sistem keluarga yang kaku dan
tradisional begitupun juga dengan sekolahnya. Dan, Pesan-pesan yang ada pada film ini saya harapkan bisa di jadikan hasil karya
yang menarik, contohnya novel, cerpen dan buku bahkan film. Seperti halnya film
Taare Zameen Par yang diangkat dari kisah nyata.
Sekilas plot cerita
Cerita di film ini dimulai dari sang tokoh utama dalam
film tersebut adalah Ishaan berusia 8 tahun, dia merupakan siswa kelas 3
yang payah dalam urusan apapun di sekolahnya. Hal itu terjadi karena
dia tidak bisa membaca dan menulis. Dia selalu melihat dunia dengan cara
pandangnya dan dengan imajinasinya, setiap mata pelajaran yang dia ikuti selalu
mendapat nilai jelek, dan suka bolos sekolah, dan membuat guru-gurunya
geregetan. Ishaan di cap oleh guru-gurunya mapun teman-temannya sebagai anak
yang bodoh, dan pemalas, dan ayahnya sering memarahinya karena olah nakalnya
menurut pikiran ayahnya.
Pada
akhirnya , orang tua Ishaan memindahkannya ke sekolah berasrama. Akan tetapi
Ishaan menolak, namun orang tunya tetap dengan pendirian mereka. Di sekolah
berasrama yang disiplin dan tegas tersebut, dia tetap mendapat nilai
yang buruk dalam semua mata pelajaran dan membuatnya depresi. Ishaan pun merasa
sedih karena berjauhan dengan keluarganya sampai akhirnya ada seorang guru baru
bernama Ram Shankar Nikumbuh (Aamir khan). Guru Ishaan yang bernama Ram shankar
nikumbh ini melatih Ishaan sedikit demi sedikit dengan cara melatih membaca,
menulis, melukis dan belajar menghitung dengan cara naik turun tangga. hingga
akhirnya ishan bisa seperti layaknya anak-anak lain.
Ram
shankar nikumbuh mengadakan lomba melukis yang di ikuti oleh semua siswa-siswi
dan guru guru, kemudian Ishaan melukis dengan imanijasinya yang
tinggi. Setelah juri menilai, ternyata lukisan ishaan lah yang terbaik. Dan
ishaan lah yang menjadi pemenangnya, dan diberikanlah piala juara kepada
Ishaan, setelah perlobaan selesai orang tuanya menjemputnya, dan keluarganya
tidak menyangka terhadap apa yang di raih Ishaan. Dan orang tuanya merasa
bangga dan pada akhirnya ishaan menjadi anak yang pintar.
Pembahasan
Dari plot cerita diatas kita dapat mengambil kesimpulan kalau Ishaan si karakter utama ini menghadapi permasalahan pelik yaitu kesulitan membaca dan menulis. Alhasil, dalam semua mata pelajaran, Ishaan selalu gagal sebab dia tidak memahami apa yang ia baca dan tidak ada yang bisa memahami ketidak tahuan ishaan. Akibatnya sang ibu yang telaten mengajari Ishaan menulis pun putus asa pada anak tersebut. Sang ibu mengira Ishaan tidak mau bersungguh-sungguh belajar menulis. Ibu tidak pernah tau bahwa ada permasalahan yang lebih pelik yang dialami Ishaan. Tetapi di luar kesulitan membaca dan menulisnya, Ishaan yang dianggap anak keterbelakangan mental ini, mempunyai beberapa tipe kecerdasan yang tidak diapresiasi oleh lingkaran pendidikan di sekolah dan di rumah (oleh sang Ayah). Mengambil istilah multiple intelegences yang digagas oleh Howard Gardner, Ishaan sang dyslexia mempunyai beberapa kecerdasan yang luar biasa salah satunya adalah Kecerdasan interpersonal dari Ishaan yang merupakan seorang perenung dan pemikir. Ketika ia melihat gerak polah ikan, atau melihat induk burung yang sedang memberi makan anak-anaknya. Perasaannya juga sangat sensitif, ia memikirkan apa yang salah dengan dirinya hingga semua orang mengecapnya buruk, kecuali ibunya yang juga tidak tahu kelainan apa yang dia alami.
Jadi, dengan kata lain Ishaan hanya lemah dalam Kecerdasan Linguistik, khususnya untuk
membaca dan menulis. Dalam mendengarkan dan berbicara, Ishaan tidak mengalami
kendala. Sayangnya, hanya karena lemah dalam satu jenis kecerdasan ini ditambah
dengan sistem pendidikan yang hanya mengapresiasi baca tulis hitung
sebagai ukurannya, Ishaan dicap sebagai anak berketerbelakangan mental, bodoh,
atau idiot. Padahal, ia unggul di lebih banyak jenis kecerdasan daripada
teman-temannya.
Kesimpulan
Film “Taare Zaamen Par” dapat menjadi gambaran bahwa peran orang tua dan guru sangat dibutuhkan dalam peroses pembelajaran. Ayah sebagai kepala keluarga bekerja di luar rumah guna menghidupi keluarga. Ibu berperan sebagai isteri yang siap melayani dan memenuhi seluruh kebutuhan keluarga, termasuk membimbing dan mengajari, serta berperan sebagai pihak yang mengontrol semua urusan anak. Kurangnya peran keterlibatan ayah dalam membimbing anak[1]anaknya. Sosok ayah dalam film itu digambarkan sebagai pihak yang sibuk dengan urusan pekerjaan dan memiliki harapan yang tinggi untuk kedua anaknya. Sosok ayah juga digambarkan sebagai sosok pribadi yang otoriter dalam mendidik kedua anaknya. Sehingga ketika berhadapan dengan masalah-masalah yang dihadapi oleh anaknya cenderung mengedepankan komunikasi satu arah, kurang mendengarkan pendapat orang lain dan ringan tangan. Sikap semacam inilah yang menyebabkan anggota keluarganya yang lain seperti kurang dapat mengkomunikasikan apa yang mereka rasakan dan apa yang mereka inginkan.