Sesungguhnya, di negaraku ini. Ada pilihan yang mudah tetapi sebetulnya sulit dilakukan. Banyak orang, termasuk diriku yang selalu terjebak dalam pilihan sulit ini yaitu, saat dimana diriku ini berlagak memberikan penawaran mudah. Tapi nyatanya, hal itu hanya mendatangkan kesulitan terbaru dalam hidupku. Asal-usul kemudahan yang menyulitkan itu sesungguhnya berasal dari naluri dari kebaikan manusia. Kebaikanku. Lebih tepatnya, keinginanku dalam berbuat kebaikan. Atau mungkin persangkaanku bahwa aku ini mendeklarasikan diriku sendiri sebagai orang baik.
Untuk membuktikan hal itu yang kulakukan sebagai orang baik. Ialah jika ada, seorang maupun saudara yang berhutang kepadaku dan bertanya kapan dirinya harus membayar utangnya nanti, aku akan mengatakan “no problem bro” kepadanya. Begitulah awal mula dari titik masalahnya.
Ini menjadi dasar ini sangat kuat, sebagai pemebenaran dari tindakanku, sekali pun memiliki alasan yang sama kuat untuk menolak musibah yang akan datang nanti. Tetapi, seperti yang kita tahu pemberi hutang di dunia ini, mempunyai stigma sebagai orang baik. Justru karena anggapan itu, sebagai orang baik. Akan membuat dirinya sendiri mensepelekan pemasalahan hutang itu, maka akan semakin dekat pula dengan kesulitan hidupnya. Karena ciri-ciri dari orang baik adalah harus mempersulit diri di depan kebaikan. Semakin kencang kita memberikan kemudahan dalam memberikan hutang, akan semakin keras pula hasil dari niat baik itu dibalas, dalam bentuk kesulitan kepada orang baik itu. “jangan begitu bro! hutang itu mesti jelas dibayarnya kapan,” katamu begitu dalam ingatanku.
Tapi, karena dasarnya aku ini orang baik. Maka semakin bertahan juga lah diriku pada pegangan kebaikanku. Sebagai pemberi hutang yang baik. Saking terasa begitu baiknya diriku ini, hingga patokan kebaikan pun kujadikan sebagai sumpah segala. Agar meyakinkan si penghutang dan diriku. Sebagai keyakinan akan kebaikan hatiku ini. Sahabat penghutangku, itu pun secara sukarela atau terpaksa menuruti kebaikanku. Karena ciri-ciri selanjutnya dari orang baik itu adalah Ketika ia berkenan memberikan peluang. Untuk orang lain berbuat kebaikan hati. Dirinya tidak cuma, mendapatkan uang tetapi juga nasihat kebaikan yang telah dipraktekan oleh diriku ini. Untuk kemudian, dia terapkan juga kepada orang lain. Pastinya hanya dengan satu kata yaitu kata “terserah” memiliki makna dimana sahabat penghutangku itu bebas untuk bayar kapan saja. Kesalahan sangka diriku pada rasa kebaikan. Atau lebih tepatnya pada pendeklarasian aku sebagai orang baik. Ternyata hanyalah, sebatas delusi semata saja.
Dibalik itu semua ada sebuah tipuan nyata yang datang tidak akan lama lagi menyerang sumpah kebaikanku. Secara tidak langsung membuat diriku kehilangan uang sekaligus 3 hal lainnya yaitu: kebaikan, persahabatan, dan kepercayaan pun hilang dalam sekejap mata. Dari semua, kehilangan itu aku memang mendapatkan ganti, tetapi itu berupa rasa kecewa, tidak rela, dan marah. Terhadap kegemaranku, pada perilaku baik. Tergantikan dengan kebiasaan baru yaitu mengutuk si penghutang agar membayar hutangnya segera mungkin. Jika dijumlah, ternyata rasa kehilangan jauh lebih banyak dari pada mendapatkan. Lewat satu soal, kusangka hal itu adalah kebaikan, akan langsung menjadi kerugian. Ternayat di dalam diriku ini, bersemayam kebaikan bagitu membangkrutkan dirinya sendiri. Kenapa di dunia ini ada jenis kebaikan yang begitu berbahaya, apakah sebagi pembuktian bahwa manusia adalah makhluk baik yang lebih dari sebuah kebohongan.